Jumat, 10 Juni 2011

5 Mitos Salah Tentang Gay

Gay atau homoseksualitas ternyata merupakan fenomena yang diselubungi berbagai mitos. Apa sajakah mitos tersebut? Apakah mitos tersebut sesuai dengan fakta? Mari kita simak.
  • Menjadi gay adalah pilihan:
Walaupun sebagian mengklaim bahwa menjadi gay merupakan pilihan, atau homoseksual dapat disembuhkan, bukti ilmiah menunjukkan bahwa homoseksual memiliki aspek genetis atau biologis.
Untuk menguji apakan genetik memiliki peranan, ilmuwan telah membandingkan kembar identik (dimana mereka memiliki gen yang sama) dengan kembar bersaudara (dimana sekitar 50 persen gen identik). Review tahun 2001 pada kajian tersebut melaporkan bahwa hampir semua kembar identik memiliki orientasi seksual yang sama satu dengan yang lain, baik gay, atau bukan, dibandikan dengan kembar bersaudara, yang kurang berkerabat secara genetik. Penemuan tersebut mengindikasikan bahwa gene memiliki faktor pada orientasi seseorang. Kajian lain menemukan bahwa efek biologis, seperti pemaparan hormon di kandungan, memiliki peran dalam membentuk orientasi seksual.
  • Orang tua gay tidaklah bisa berperan sebagai ayah dan ibu yang baik
Banyak yang tidak setuju dengan pernikahan gay dan adopsi gay menuduh bahwa orangtua sama jenis tidaklah baik bagi anak-anak, dan bahwa seorang anak memerlukan ayah dan ibu dalam rangka bertumbuh menjadi dewasa yang sehat. Namun penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari orangtua gay ternyata baik-baik saja dalam pertumbuhannya.
Sebagai contoh, sebuah kajian mutakhir meneliti sekitar 90 remaja, sebagian dari mereka tinggal bersama pasangan lesbian, dan yang lain heteroseksual, menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki indeks prestasi yang sama di sekolah.
  • Sebagian besar pelaku pedofilia adalah gay
Mitos yang sangat memojokkan adalah pendapat bahwa sebagian besar orang dewasa yang memperkosa anak-anak adalah gay. Banyak peneliti yang telah mencoba menjawab, apakah hipotesis ini benar atau tidak. Ternyata, data yang dikumpulkan mengindikasikan bahwa tidak demikian.
Menurut kajian tahun 1994, yang dilakukan oleh Carole Jenny dari Pusat ilmu kesehatan Universitas Colorado, meneliti 269 kasus pemerkosaan anak-anak oleh orang dewasa. Pada 82 persen kasus, sang tertuduh adalah parter heteroseksual dari kerabat dekat sang anak, demikian laporan penelitan tersebut. Dari 269 kasus, hanya dua yang gay atau lesbian.
  • Hubungan Gay tidaklah langgeng
Sterotip lain adalah hubungan gay tidaklah selanggeng yang heteroseksual. Peneliti menemukan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Kajian jangka panjang menunjukkan bahwa pasangan gay memiliki hubungan yang sama stabilnya dengan yang heteroseksual.
Sebagai contoh, John Gottman, profesor psikologi dari Universitas Washington, dan rekan sejawatnya mengumpulkan data dari pasangan homoseksual selama 12 tahun, dan menemukan bahwa sekitar 20 persen mengakhri hubungannya. Hal ini tidak terlalu berbeda dengan yang heteroseksual.
  • Binatang adalah heteroseksual
Walaupun ada persepsi populer, bahwa hubungan jantan-betina adalah satu-satunya cara ‘alamiah’, ternyata kerajaan binatang penuh dengan contoh hubungan sesama jenis. Penguin, lumba-lumba, bison, angsa, jerapah, dan sipanse adalah beberapa contoh dari berbagai spesies yang terkadang berhubungan dengan sesama jenis.
Peneliti masih tetap mengkahi alasan evolusionernya, sebab jika binatang itu gay, ia tidak akan memiliki keturunan. Ada beberapa ide, bahwa homoseksualitas diantara binatang justru memperkuat ikatan sosial, dan memfokuskan sumber daya mereka dalam rangka membesarkan keponakan mereka.

Sumber : http://netsains.com/2010/06/5-mitos-mengenai-gay/